Kehadiranmu...
menjadi penenang jiwa, ketika reaksi alam semesta tanpa jeda,
sebagai perekat sukma, saat
manusia pada tuhannya semakin murka.
Seantero dunia tiada bosan
mengharap dan menantimu,
sebagai tamu teristimewa
karena perjumpaan kita penuh
makna.
Setahun lamanya, menunggu.
Sebulan terlalui bersamamu.
Banyak kisah dan falsafah
yang telah terurai.
Hadirmu membuka tabir pahala
dan asa.
Lautan manusia berharap,
selalu bersamamu sampai
kelak di akhirat.
Sambil menikmati hari-hari
penuh rahmat
Kini, diujung waktu.
Semua tiada menduga,
kau akan meninggalkan
kenangan untuk kita.
Suasana batin teriris dan
tersiksa,
apalagi…
ketika buah tangan yang kau
bawa,
tak mampu dinikmati semua
dari
puasa yang penuh juang,
tarawih dan tadarus yang
membahana setiap ruang,
hingga lailatul qadarmu yang
dijanjikan,
entah bisa diperoleh dengan
sempurna atau terlewat begitu saja...
pasrah dan menerima.
Ramadan…kau yang selalu dirindukan.
tak banyak yang bisa kuhadiahkan
sebagai kenangan kepergianmu
menuju peraduan.
Hanya salam dan doa yang kupanjatkan
“Yaallah…janganlah
Engkau jadikan puasa kali ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya
Engkau menetapkan sebaliknnya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang
dirahmati bukan puasa yang sia-sia. Setulusnya, aku masih merindukan kehadiran
Ramadan dan ingin selalu bersamanya.”
Ramadan…Jika Tuhan berkenan,
kita akan terus berjumpa.
Jember,
20 Mei 2020