MAKALAH
BIDANG
STUDI PSIKOLINGUISTIK
Disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Psikolinguistik Lanjut
yang diampu oleh Prof. Dr. Agus
Wardhono, M.Pd
Penyusun
Fendi Pradana
NIM.
20192110011
PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
JUNI, 2020
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara etimologis, istilah psikolinguistik dibentuk
dengan cara mengombinasikan dua disiplin ilmu, yakni antara ilmu psikologi dan ilmu
linguistik. Dalam pandangan tradisional, psikologi merupakan disiplin ilmu yang
diorientasikan guna mengkaji seluk-beluk stimulus, respons, dan proses berpikir
yang mendasari lahirnya stimulus atau respons tersebut. Dalam pandangan modern,
psikologi merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji proses
berpikir manusia dan segala bentuk manifestasinya yang mengatur perilaku
manusia secara umum. Berbeda dengan psikologi, linguistik merupakan disiplin
ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji seluk-beluk bahasa dari segi sejarah,
struktur, kaidah, penerapan, dan perkembangannya.
Psikologi dan linguistik merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Meskipun
demikian, benang merahnya ada karena keduanya menaruh perhatian yang besar
terhadap bahasa, tentu saja dengan mekanisme yang berbeda.
Proses berpikir dan bahasa merupakan dua hal yang
berbeda, tetapi keduanya berkaitan. Dalam berpikir, orang menggunakan sistem bahasa
sebagai instrumen untuk a) mengidentifikasi apa yang dipikirkan, b) mengurutkan
butir-butir pokok pikiran, dan c) mengembangkan pikiran. Tanpa adanya sistem
bahasa, proses berpikir tidak dapat terealisasi. Kebalikannya, dalam berbahasa
orang perlu berpikir. Tanpa berpikir, bahasa yang dihasilkan akan kacau.
Bahasa juga berkaitan dengan perilaku manusia karena
bahasa merupakan salah satu bentuk produk perilaku atau produk tindakan.
Berbahasa sama dengan bertindak atau melakukan sesuatu. Hubungan bahasa dan
perilaku bersifat saling memengaruhi. Ada fakta yang menunjukkan bahwa bahasa
memengaruhi perilaku dan ada fakta yang sebaliknya, yakni perilaku memengaruhi
bahasa.
Dalam perkembangannya, psikolinguistik bermula dari
adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi
yang berkecimpung di bidang linguistik. Psikolinguistik merupakan bidang
indispliner sehingga termasuk ke dalam bidang makrolinguistik. Sebagai
makrolinguistik (macrolinguistics),
psikolingustik merupakan bidang bidang lingusitik yang mempelajari bahasa dalam
hubungannya dengan faktor- faktor di luar bahasa.
Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses
psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang di
dengarnya pada waktu berkomunikasi. maka secara teoritis tujuan utama
psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa
diterima dan secara psikologis dapat menerangkan hakikat bahasa dan
pemerolehannya.
Melalui makalah ini, penyusun berupaya memberikan
pemahaman fundamental berkaitan dengan bidang studi psikolinguistik. Mengingat
tidak sedikit pelajar ataupun pembelajar kesulitan memahami secara detail
bidang studi psikolinguistik. Namun makalah ini hanya beberapa subbahasan saja
yang akan dipaparkan, sehingga cukup sebagai tambahan ilmu dan memperjelas pemahaman
dasarnya.
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa saja cakupan bidang studi
linguistik?
2.
Apa perbedaan antara psikologi dan
linguistik?
3.
Bagaimana perkembangan psikolinguistik?
1.3 Tujuan penelitian
1.
Untuk mengetahui berbagai cakupan bidang
studi linguistik
2.
Untuk memperjelas perbedaan antara
psikologi dan linguistik
3.
Untuk mengenal perkembangan
psikolinguistik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian psikolinguistik
Banyak pengertian
psikolinguistik yang telah diungkapkan oleh para pakarnya. Beberapa definisi
psikolinguistik diartikan sebagai berikut:
1.
Emmon Bach (1964:64) mengutarakan bahwa
psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaiamana sebenarnya para
pembicara/pemakai suatu bahasa membentuk/membangun atau mengerti
kalimat-kalimat bahasa tersebut.
2.
Ronald W. Langacker (1968:6)
mendefinisikan bahwa psikolinguistik adalah studi atau telaah mengenai behavior
atau perilaku linguistik, yaitu performansi atau perbuatan dan perlengkapan
atau aparat psikologis yang bertanggung jawab
atasnya.
3.
John Lions (1968:160) berpendapat bahwa
psikolinguistik adalah telaah mengenai produksi (sintesis) dan rekognisi (analisis).
4.
Tervoort (1972:7) mengungkapkan bahwa
psikolinguistik sebagai bidang ilmu pengetahuan yang mempergunakan teori
linguistik untuk menganalisis proses-proses mental yang menjadi dasar kelakuan
bahasa manusia.
5.
Palmatier (1972:140) mengemukakan bahwa
psikolinguistik adalah telaah mengenai perkembangan bahasa pada anak-anak;
suatu introduksi teori linguistik ke dalam masalah-masalah psikologis.
6.
Clark dan Clark (1977:4) menyatakan
bahwa psikolinguistik berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu komprehensi,
produksi dan pemerolehan bahasa.
7.
Henry Guntur Tarigan (1984:1)
mengemukakan bahwa psikolinguistik berarti importasi ilmu linguistic ke dalam
psikologi, bukan sebaliknya karena linguistic lebih “maju” dalam arti lebih
dekat kepada kebenaran pokok persoalan, lebih praktis, dan lebih sederhana.
8.
Widjajanti W.D (1986:3) dengan
menyimpulkan berbagai pendapat pakar mengatakan bahwa psikolinguistik
mengenalisis proses-proses mental yang terjadi pada waktu penutur menggunakan
bahasa, termasuk di dalamnya produksi, pemahaman, dan belajar.
9.
Aitchison (1998:1) mendefinisikan
psikolinguistik sebagai suatu studi tentang bahasa dan minda (terjemahan
Dardjowidjojo, 2003:7).
10. Harley
(2001:1) menyebut psikolinguistik sebagai suatu studi tentang prosesproses
mental dalam pemakaian bahasa.
Dari beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah disimplin ilmu yang mempelajari
tentang kajian interdisipliner, antara disiplin (ilmu) linguistik dan disiplin
psikologi. Yang dikaji adalah bagaimana proses psikologisnya pada waktu
seseorang memroses (memahami, menafsirkan, decode)
ujaran orang lain, pada waktu seseorang memroduksi (menghasilkan, menungkapkan,
encode) gagasannya melalui bahasa,
dan pada waktu seseorang sdikit demi sedikit memperoleh (aequire) bahasa.
2.2 Perkembangan psikolinguistik
Gagasan
pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952, yaitu sejak Social Science Research Council di
Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk
mengadakan konferensi interdisipliner. Secara formal istilah Psikolinguistik
digunakan sejak tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Sejak itu
istilah tersebut sering digunakan. Psikologi berasal dari bahasa Inggris psychology. Kata pscychology berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar
kata psyche yang berarti jiwa, ruh,
sukma dan logos yang berarti ilmu.
Jadi, secara etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai
ilmu jiwa dipakai ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari
filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim
dipakai sebagai padanan Psikologi. Kini dengan berbagai alasan tertentu
(misalnya timbulnya konotasi bahwa Psikologi langsung menyelidiki jiwa) istilah
ilmu jiwa tidak dipakai lagi.Ketika Pikologi melepaskan diri dari filsafat
sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam Wundt (1832-1920) mendirikan
laboratorium pskologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. para ahli, di
antaranya William james (1842-1910) sehingga pendapat kedua menyatakan bahwa
psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.
Sebagai disiplin ilmu baru yang berdiri
sendiri, psikolinguistik memiliki ruang lingkup kajian khusus. Antara lain
meliputi pemerolehan atau akuisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak,
pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara
berpikir, hubungan proses mengkode dan pemaknaan kode, serta hubungan terhadap
pengetahuan bahasa dengan pamakai bahasa dan perubahan bahasa.
Sekarang psikolinguistik telah
berkembang pesat sebagai akibat adanya sentuhan dengan disiplin ilmu lain
merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri. Kenyataan itu berdampak pada
munculnya sub-subdisiplin dalam psikolinguistik yang berorientasi pada ranah-ranah
khusus, sebagaimana tampak pada skema subdisiplin ilmu psikolinguistik di bawah ini.
1. Psikolinguistik
teoretis, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan teori
bahasa
2. Psikolinguistik
perkembangan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan
pemerolehan dan bahasa
3. Psikolinguistik
sosial, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek
sosial bahasa
4. Psikolinguistik
pendidikan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-
aspek pendidikan
5. Neuropsikolinguistik,
diorientasikan untuk membahas hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan bahasa dan otak manusia
6. Psikolinguistik
eksperimental, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan
eksperimen-eksperimen di berbagai bidang yang melibatkan bahasa dan perilaku
berbahasa
7. Psikolinguistik
terapan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan penerapan
temuan-temuan keenam subdisiplin psikolinguistik.
2.3 Bidang kajian psikolinguistik
Psikolinguistik sebagai suatu disiplin ilmu yang bertujuan mencari satu
teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat
menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain,
psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat stuktur bahasa, bagaimana struktur
ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami
kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Yaitu untuk membantu menyelesaikan
permasalahan kompleks manusia dalam pembelajaran berbahasa, karena selain
berkenaan dengan masalah berbahasa, juga berkenaan dengan kegiatan berbahasa.
Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik,
tapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu
berkaitan juga dengan proses atau kegiatan mental (otak). Terdapat kaitan yang sangat erat
antara berpikir dengan bahasa. Dalam berbahasa orang perlu berpikir. Karena
tanpa berpikir, bahasa yang dihasilkan seseorang akan kacau dan sulit dipahami.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa, perlu dilengkapi dengan studi
antardisiplin. Yakni antara psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik.
Dalam pembelajaran mampu menerapkan pengetahuan psikologi dan linguistik pada
masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran
membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan,
penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta
masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan
pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.
Dalam perkembangan selanjutnya dirasakan bahwa cakupan kerja sama
tersebut makin meluas dan mulai bersentuhan dengan disiplin ilmu yang lain,
misalnya neurologi. Dampak logis hal itu ialah makin luasnya materi yang dikaji
dalam psikolinguistik. Pada saat ini, misalnya, dapat diamati bahwa
psikolinguistik tidak hanya berisi kajian tentang aspek- aspek psikologi dan
linguistik, tetapi juga temuan-temuan dalam bidang neurologi dan sebagainya
yang kemudian dikaitkan dengan linguistik. Mungkin juga munculnya kenyataan itu
disebabkan oleh hal yang bersifat teknis, misalnya karena sejauh ini
neurolinguistik belum menjadi disiplin ilmu tersendiri. Akibatnya, materi yang
mestinya menjadi bidang garapan neurolinguistik ”dititipkan” pada
psikolinguistik. Begitu juga logikanya untuk bidang ilmu lain yang titik
temunya dengan linguistik belum membentuk ilmu
tersendiri.
2.4 Peranan psikolinguistik
Psikolinguistik perperan sebagai ilmu
antardisiplin, yakni psikologi dan linguistik, yang mengkaji bahasa dan hakikat
bahasa sebagai objek formalnya. Karena terdiri atas dua disiplin yang berbeda,
tentu objek materialnya pun berbeda. Linguistik mengkaji tentang struktur
bahasa, sedangkan psikologi mengkaji tentang perilaku berbahasa atau proses
berbahasa. Peran psikolinguistik sangat penting. Selain mencoba menerapkan
pengetahuan psikologi, juga punya peran dalam masalah pengajaran dan
pembelajaran berbahasa seperti pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut,
penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya. Bahkan masalah
sosial lainnya seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan
bangsa. Ringkasnya, peranan psikolinguistik ini meliputi tiga hal utama, yaitu
(a) produksi, yaitu proses-proses mental pada diri manusia sehingga ia dapat
berujar dalam menghasilkan bahasa; (b) komprehensi, yaitu proses-proses mental
yang dilalui oleh manuisa sehingga mereka dapat mengerti dan memahami maksud
ujaran seseorang; dan (c) perolehan bahasa, yaitu fase-fase yang dilalui oleh
seseorang ketika ia memperoleh kemampuan bahasanya, baik bahasa pertama maupun
bahasa selanjutnya
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Psikolinguistik adalah disimplin ilmu yang
mempelajari tentang kajian interdisipliner, antara disiplin (ilmu) linguistik
dan disiplin psikologi. Yang dikaji adalah bagaimana proses psikologisnya pada
waktu seseorang memroses (memahami, menafsirkan, decode) ujaran orang lain, pada waktu seseorang memroduksi
(menghasilkan, menungkapkan, encode)
gagasannya melalui bahasa, dan pada waktu seseorang sdikit demi sedikit
memperoleh (aequire) bahasa.
Dalam perkembangannya, psikolinguistik
bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi dan adanya
pakar psikologi yang berkecimpung di bidang linguistik. Psikolinguistik
merupakan bidang indispliner sehingga termasuk ke dalam bidang makrolinguistik.
Sebagai makrolinguistik (macrolinguistics),
psikolingustik merupakan bidang bidang lingusitik yang mempelajari bahasa dalam
hubungannya dengan faktor- faktor di luar bahasa.
Bidang studi linguistik perlu dilengkapi dengan
studi antardisiplin psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik.
Bidang studi tersebut berperan penting dalam
menerapkan pengetahuan psikologi dan linguistik pada masalah-masalah seperti
pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan
membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata
seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain yang
menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa
dan bangsa. Sedangkan peranan psikolinguistik ini meliputi tiga hal utama,
yaitu (a) produksi bahasa, (b) komprehensi, dan (c) perolehan bahasa.
3.2 Saran
Pelajar dan pembelajar harus mampu
mengusai bidang studi psikolinguistik ini, termasuk juga perkembangan yang
terbaru. Belajar mengajar hanya akan menjadi produktif dan subtantif jika
(pelajar dan pembelajar) menjadikan bidang studi ini sebagai pengantar dan
pegangan yang fundamental ini untuk membawa suasana belajar yang berkualitas.
Tentu juga dengan memanfaatkan media teknologi sebagai dasar dan metode
pembelajarannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Harras, A. Kholid & Bachri, D.
Andhika. 2009. Dasar-Dasar
Psikolinguistik. Bandung: UPI PRESS.
https://anggabagussukma.blogspot.com/2014/12/artikel-pentingnya
belajar.html?showComment=1591500977359&m=1#c7937934135797264810
diakses pada 07 Juni 2020
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/alhikmah/article/download/2813/pdf/z
diakses pada 6 Juli 2020