Monday, June 22, 2020

SISTEMATIKA PENYUSUNAN PROPOSAL DAN LPJ

            

        Asal kata dari proposal adalah root verb (V) “Propose” yang berarti mengusulkan. Proposal juga merupakan kata benda yang artinya usulan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) proposal diartikan sebagai rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Jadi proposal secara sederhana dapat disimpulkan suatu rencana usulan akan suatu proyek atau kegiatan. Sedangkan LPJ merupakan singkatan dari laporan pertanggungjawaban dari sebuah kegiatan yang telah selesai dilaksanakan.

Bagi Anda yang terbiasa hidup di organisasi, tentu penyusunan “proposal dan LPJ” merupakan suatu karya yang penyusunannya sudah di luar kepala. Bagaimana tidak? Nyaris semua kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para aktivis memerlukan proposal. Uraian kegiatan itu tertuang dan terdeskripsi dengan jelas dalam proposal. Tidak hanya itu, pascakegiatan itu selesai, para aktivis tidak bisa bebas beraktivitas jika belum merampungkan LPJ. Oleh karena itu, pentingnya kedua aspek itu harus betul-betul dikuasai dan bisa membuat kapan saja dan dalam kondisi bagaimana saja. Namun, secara garis besar isi proposal tidak lepas dari prinsip 5W+1H.

1.    Why    : Berhubungan dengan kenapa kegiatan/acara harus dilaksanakan (di latar belakang dan tujuan kegiatan/acara)

2.    What   : Apa jenis kegiatan dan temanya

3.    Who    : Berhubungan dengan sasaran kegiatan dan penyelenggara kegiatan

4.    When  : Berhubungan dengan tanggal dan pelaksanaan kegiatan

5.    Where : Tempat pelaksanaan kegiatan

6.    How    : Berhubungan dengan bagaimana konsep dan bentuk kegiatan, Bagaimana aturan – aturan untuk berpartisipasi dalam kegiatan( atau bagaimana event tersebut dikelola,(acara,dana,publikasi).

Adapun komponen proposal kegiatan terdiri atas beberapa bagian, yaitu:

1.    Halaman sampul /cover, berisi nama kegiatan, tema, waktu pelaksanaan, dan logo kegiatan/penyelenggara

2.    Latar belakang, berisi uraian lengkap yang menjawab atas dasar/mengapa kegiatan itu harus dilaksanakan? Secara umum esensi dari isi latar belakang adalah kesenjangan antara fakta yang ada dan apa yang seharusnya dilakukan atas fakta tersebut. Penulisannya dari yang bersifat umum ke khusus (general to spesific). Selain itu, tersusun dalam bentuk paragraph yang koheren yang juga terdiri atas tiga tahap: pendahuluan, isi, dan penutup

3.    Tujuan kegiatan. Bagian ini mengenai kenapa dan untuk apa kegiatan tersebut direncanakan?. Tujuan dapat terdiri hanya satu tujuan. Tetapi jika penulisan tujuan cukup banyak, maka urutkan dari yang terpenting hingga yang kurang penting. Tentukan tujuan yang relevan dengan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya.

4.    Nama dan tema kegiatan. Bagian yang paling mudah dibuat dan singkat dalam penulisan. Cantumkan nama kegitan pada bagian ini, kemudian sertakan juga tema yang menjadi grand desain kegiatan Anda.

5.    Bentuk kegiatan. Buatlah relevan dengan tujuan kegiatan. Tuliskan tentang format kegiatan tersebut. Contoh: kegiatan/acara gerakan literasi lingkungan dengan tema bersama wujudkan perubahan. Maka bentuk kegiatannya dapat berupa sosialisasi literasi, pendampingan literasi, lomba menulis dan membaca atau mewarnai, dan penulisan sekaligus pengecatan dinding dekat jalan umum tentang ajakan keliterasian.

6.    Peserta, berisi tentang siapa saja yang menjadi sasaran dari kegiatan yang kita rencanakan. Kelompokkan sasaran ini ke dalam segmen-segmen yang sesuai dengan bentuk kegiatan yang kita rencanakan. Jangan lupa buatlah relevan dengan tema dan bentuk kegiatan.

7.    Penyelenggara adalah bagian yang berisi keterangan: siapa yang menjadi penyelenggara kegiatan. Biasanya penyelenggara ini adalah suatu kelompok organisasi atau komunitas yang hendak melaksanakan kegiatan karena alasan tertentu (mengacu pada latar belakang). Pengelenggaran yang bersifat kerja sama/mitra (lebih dari satu pihak) harus dicantumkan semua. Pada bagian penyelenggara ini perlu pula ditampilkan nama dan nomor kontak atau sekretariat yang dapat dihubungi/dikunjungi.

8.    Jadwal dan lokasi kegiatan berisi keterangan “kapan dan dimana” kegiatan akan dilaksanakan. Lengkap dengan hari, tanggal, jam dan lokasi pelaksanaan.

9.    Susunan acara, merupakan bagian dari data lengkap kegiatan yang akan dilaksanakan. Supaya lebih lengkap, cantumkan juga petugas dan keterangan tempat setiap tahapan kegiatannya.

10.  Susunan panitia. Ini penting dibentuk pihak-pihak yang ditawari untuk bekerja sama, saling mengetahui dengan siapa mereka bekerja sama. Susunan yang umum : Penanggung Jawab, Panitia Pengarah (SC) ,Panitia Pelaksana (OC), ketua pelaksana, bendahara, sekretaris dan seksi-seksi kepanitiaan yang dibutuhkan.

11.  Estimasi dana. Berisi rincian pemasukan (cash in), pengeluaran (cash out), dan jumlah kekurangan dana. Selain itu, dapat di breakdown dengan merancang anggaran dana masing-masing seksi kemudian ditotal secara keseluruhan. Supaya calon donasi atau pihak yang akan disodorkan proposal ini mudah meng-ACC, maka tuliskan anggaran yang realistis. Jangan melebih-lebihkan, serta sesuaikan dengan harga kebutuhan yang berlaku.

12.  Penutup. Isinya kalimat penutup yaitu kalimat menyatakan harapan dan dukungan kepada semua pihak agar tertarik untuk terlibat. Ditandatangani oleh SC dan OC, dan juga dibubuhkan stempel.

Adapun komponen laporan pertanggungjawaban kegiatan adalah sebagai berikut:

1.    Sampul/cover. Isinya sama seperti sampul/cover proposal di atas.

2.    Pendahuluan. Pada bagian proposal, namanya latar belakang, namun bagian LPJ disebut pendahuluan. Isi dari pendahuluan adalah uraian lengkap mengenai fakta yang ada dan yang ditemukan setelah kegiatan berhasil dilaksanakan. Memuat tiga pokok, yaitu: pembuka, isi, dan penutup. Intinya lebih mengerucut atau khusus daripada latar belakang.

3.    Uraian kegiatan. Bagian ini merupakan ulasan singkat atas rangkaian kegiatan yang sudah berlangsung. Memuat tentang bagaimana kegiatan yang terlaksana.

4.    Simpulan evaluasi berisi tentang hasil atau kesimpulan dari evaluasi sudah dibuat penyelenggara. Tujuan pembuatan ini dimasukkan dalam LPJ, supaya regenerasi Anda memahami dan memperbaiki atas dasar evaluasi yang dibuat.

5.    Dokumentasi. Seperti biasa, berisi tentang lampiran foto/gambar kegiatan. Tidak ada maksud lain, kecuali ingin memberitahu pihak berwenang (atasan, mitra kerjasama, dll) bahwa kegiatan Anda terlaksana dengan sungguh-sungguh.

6.    Realisasi dana. Bagian dari uraian atas dana yang telah dihabiskan. Jika kemudian ada sisa dari dana, maka dicantumkan berapa sisanya. Kalau pun tidak ada (minus), cantumkan juga kekurangannya berapa.

7.    Penutup. Isi penutup dapat berupa harapan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak. Kemudian diakhiri dengan tanda tangan dan stempel resmi penyelenggara.

Begitulah penyusunan proposal kegiatan dan laporan pertanggungjawaban yang dapat saya ulas kembali untuk mereview dan memantapkan pengetahuan kita dalam dunia organisasi. Semoga bermanfaat, dan selamat mencoba!


Tuesday, June 16, 2020

SEKOLAH DI TENGAH WABAH: ANTARA HARAPAN DAN ANCAMAN

Persebaran Covid-19 di Indonesia sampai hari ini belum berkahir. Sejak Pemerintah menetapkan Indonesia mengalami bencana nonalam, jumlah kasus positif Covid-19 terus meningkat. Tren Nasional (akumulasi data) yang tunjukkan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan  Covid-19 pada Selasa (16/06), sebanyak 40.400 kasus.  Atas kondisi ini, masyarakat tidak bisa leluasa menjalani aktivitasnya. Tak terkecuali para praktisi pendidikan. Mereka terpaksa melakukan rutinitasnya dengan gerakan Kerja Dari Rumah (KDR) masing-masing. Begitupun juga dengan rangkaian agenda dalam satuan pendidikan, semuanya dilalui secara virtual.

Memasuki tahun ajaran baru, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana mengaktifkan sekolah pada 13 Juli mendatang. Sebagai langkah antisipatif penyebaran virus korona, sudah dikeluarkan Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Kebijakan ini masih menuai kontroversi dari beberapa pihak. Ketua Umum PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih belum bisa diaktifkan lantaran kasus yang terjadi belum menunjukkan penurunan yang signifikan. Sementara itu, hasil angket yang dibagikan oleh Komisioner Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) beberapa waktu yang lalu pada publik secara daring, menunjukkan dari 196.546 responden orang tua tidak setuju (menolak) sekolah dibuka pada Juli 2020. Orang tua atau wali murid masih khawatir bahwa penularan di sekolah rentan terjadi. Retno Listyarti, Komisioner KPAI Bidang Pendidikan memberikan pertimbangan agar kebijakan Kemendikbud tersebut dikaji ulang karena situasi kurva Covid-19 masih terus meningkat, sehingga diperlukan kehati-hatian untuk membuka sekolah bagi anak-anak. Kritikan senada disampaikan oleh Satriwan Salim, Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia FSGI. Ia menyampaikan bahwa pemberlakuan aktif kembali sekolah pada 13 Juli masih belum pantas diambil sebagai kebijakan. Hal itu mengingat proses penyebaran virus masih terus terjadi. Sekolah hanya akan menjadi claster penularan baru. Selain itu, masih banyak sekolah yang belum memiliki sarana dan prasarana lengkap sebagaimana protokol kesehatan yang diberlakukan. Maka demi keamanan dan keselamatan anak, guru, dan karyawan di satuan pendidikan, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) perlu diperpanjang dan sambil lalu mengevaluasi proses pembelajaran yang sudah dilalui.

Di tengah wabah ini, yang perlu diutamakan adalah keselamatan dan kesehatan peserta didik. Anak-anak sangat rentan terpapar, oleh karena itu keputusan meliburkan sekolah merupakan langkah kebijakan yang tepat untuk memutus rantai penyebaran virus corona. Meskipun demikian, Pemerintah juga perlu mewaspadai angka putus sekolah yang akan terjadi. Ketika peran orang tua sudah tidak mampu lagi membayar biaya pendidikan anaknya, pandemi membatasi orang tua untuk memutar roda ekonomi, tentu bukan hal yang tidak mungkin putus sekolah akan menghantui.

Banyak pihak berharap bahwa dalam menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di masa pandemi ini, fasilitas bagi praktisi pendidikan, terutama peserta didik harus terpenuhi dengan maksimal. Baik berupa subsidi laptop, gawai, paket data, pulsa, dan kebutuhan lainnya, yang sekiranya bisa menunjang peserta didik untuk aktif mengikuti KBM secara daring. Karena tidak semua peserta didik memiliki fasilitas yang dibutuhkan PJJ. Koneksi internet juga merupakan hal yang penting untuk efektivitas KBM. Bagi kalangan yang berada di daerah tertinggal, terpencil, terpelosok (3T), yang menjadi sulitnya KBM berjalan efektif karena keterbatasan akses internet. Sehingga ada guru yang rela berkeliling rumah muridnya di desa untuk memberi ilmu kepada mereka. Atas kondisi ini, hak pendidikan bagi pendidik dan peserta didik yang ditanggung oleh negara betul-betul ditunaikan. Setidaknya melalui anggaran Rp. 405 Miliar yang disediakan, harus dapat terdistribusikan secara merata dan berkelanjutan. Oleh karena itu, Jangan sampai new normal yang belakangan didengungkan dan ditengarai menjadi sebagian tolok ukur pemberlakuan aktivitas sekolah mengakibatkan new problem dan (apalagi) new discrimination.

Indonesia perlu belajar dari negara tetangga dalam hal pendidikan di tengah pandemi, seperti Finlandia dan Australia. Kedua negara maju dalam pendidikan itu sudah terbiasa mengaplikasikan KBM berbasis e-learning dan melalui media sosial jauh sebelum terjadinya pandemi. Sarana prasarana dan sistem pendidikannya sangat mendukung berjalannya proses belajar mengajar dengan sangat baik. Peserta didik dan pendidik yang tak memiliki fasilitas seperti laptop, gawai dan sejenisnya difasilitasi oleh pihak sekolah dan belajar mengajar dengan menggunakan fasilitas internet merupakan hal yang wajar. Dalam membuat kebijakan untuk pendidikan di tengah wabah seperti saat ini, negara seperti Finlandia dan Korea selatan, sempat membuka sekolah. Namun setelah tidak berlangsung lama. Beberapa waktu berjalan, ditemukan puluhan siswa yang positif. Akhirnya sekolah ditutup kembali. Tentunya bukan tanpa tindakan preventif sebelumnya, juga sudah disiapkan skenario yang lebih bagus daripada yang telah disiapkan pemerintah Indonesia.

Memasuki era industri 4.0, sudah seyogyanya pendidik tidak saja meningkatkan daya kreativitas peserta didiknya, tetapi harus paham betul cara memanfaatkan teknologi sebagai model pembelajaran yang terbarukan. Satuan pendidikan harus memiliki fasilitas pendukung yang memadai untuk mendorong percepatan dan pencapaian tujuan pendidikan. Kemudian yang jauh lebih penting dari hal tersebut, pemerintah cepat dan tanggap dalam memberikan dukungan penuh dan tidak main-main dalam mengatur regulasi dan anggaran. Stigma publik “berganti menteri, bergenti regulasi” harus diganti dengan “berganti hari, berganti prestasi.” Sehingga ranking pendidikan Indonesia di kancah internasional, minimal tingkal Asean tidak lagi di urutan ke-7. Harus mampu merebut posisi Singapura yang bertengger diurutan pertama.

Oleh karena itu, kondisi ini harus menjadi perhatian besar pemangku kebijakan. Peran serta praktisi pendidikan hingga orang tua mampu mengisi celah yang bisa membuat pendidikan kita merosot. Secepat mungkin berbenah agar tercipta pendidikan sebagaimana harapan bersama. Marilah jadikan sekolah sebagai tempat mencerdaskan kehidupan bangsa, bukan mencetak generasi yang feodal. Ingatlah bahwa setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru, dan setiap buku adalah ilmu.

 


Monday, June 8, 2020

Bidang Studi Psikolinguistik

MAKALAH

 

BIDANG STUDI PSIKOLINGUISTIK

 

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik Lanjut

yang diampu oleh Prof. Dr. Agus Wardhono, M.Pd

 

 

 

 

 

 

 

 

Penyusun

Fendi Pradana

NIM. 20192110011

 

PROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

JUNI, 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Secara etimologis, istilah psikolinguistik dibentuk dengan cara mengombinasikan dua disiplin ilmu, yakni antara ilmu psikologi dan ilmu linguistik. Dalam pandangan tradisional, psikologi merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan guna mengkaji seluk-beluk stimulus, respons, dan proses berpikir yang mendasari lahirnya stimulus atau respons tersebut. Dalam pandangan modern, psikologi merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji proses berpikir manusia dan segala bentuk manifestasinya yang mengatur perilaku manusia secara umum. Berbeda dengan psikologi, linguistik merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji seluk-beluk bahasa dari segi sejarah, struktur, kaidah, penerapan, dan perkembangannya. Psikologi dan linguistik merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Meskipun demikian, benang merahnya ada karena keduanya menaruh perhatian yang besar terhadap bahasa, tentu saja dengan mekanisme yang berbeda.

Proses berpikir dan bahasa merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya berkaitan. Dalam berpikir, orang menggunakan sistem bahasa sebagai instrumen untuk a) mengidentifikasi apa yang dipikirkan, b) mengurutkan butir-butir pokok pikiran, dan c) mengembangkan pikiran. Tanpa adanya sistem bahasa, proses berpikir tidak dapat terealisasi. Kebalikannya, dalam berbahasa orang perlu berpikir. Tanpa berpikir, bahasa yang dihasilkan akan kacau.

Bahasa juga berkaitan dengan perilaku manusia karena bahasa merupakan salah satu bentuk produk perilaku atau produk tindakan. Berbahasa sama dengan bertindak atau melakukan sesuatu. Hubungan bahasa dan perilaku bersifat saling memengaruhi. Ada fakta yang menunjukkan bahwa bahasa memengaruhi perilaku dan ada fakta yang sebaliknya, yakni perilaku memengaruhi bahasa.

Dalam perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung di bidang linguistik. Psikolinguistik merupakan bidang indispliner sehingga termasuk ke dalam bidang makrolinguistik. Sebagai makrolinguistik (macrolinguistics), psikolingustik merupakan bidang bidang lingusitik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor- faktor di luar bahasa.

Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang di dengarnya pada waktu berkomunikasi. maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologis dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.

Melalui makalah ini, penyusun berupaya memberikan pemahaman fundamental berkaitan dengan bidang studi psikolinguistik. Mengingat tidak sedikit pelajar ataupun pembelajar kesulitan memahami secara detail bidang studi psikolinguistik. Namun makalah ini hanya beberapa subbahasan saja yang akan dipaparkan, sehingga cukup sebagai tambahan ilmu dan memperjelas pemahaman dasarnya.

 

1.2  Rumusan masalah

1.      Apa saja cakupan bidang studi linguistik?

2.      Apa perbedaan antara psikologi dan linguistik?

3.      Bagaimana perkembangan psikolinguistik?

 

1.3  Tujuan penelitian

1.      Untuk mengetahui berbagai cakupan bidang studi linguistik

2.      Untuk memperjelas perbedaan antara psikologi dan linguistik

3.      Untuk mengenal perkembangan psikolinguistik

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian psikolinguistik

Banyak pengertian psikolinguistik yang telah diungkapkan oleh para pakarnya. Beberapa definisi psikolinguistik diartikan sebagai berikut:

1.         Emmon Bach (1964:64) mengutarakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaiamana sebenarnya para pembicara/pemakai suatu bahasa membentuk/membangun atau mengerti kalimat-kalimat bahasa tersebut.

2.         Ronald W. Langacker (1968:6) mendefinisikan bahwa psikolinguistik adalah studi atau telaah mengenai behavior atau perilaku linguistik, yaitu performansi atau perbuatan dan perlengkapan atau aparat psikologis yang bertanggung jawab atasnya.

3.         John Lions (1968:160) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah telaah mengenai produksi (sintesis) dan rekognisi (analisis).

4.         Tervoort (1972:7) mengungkapkan bahwa psikolinguistik sebagai bidang ilmu pengetahuan yang mempergunakan teori linguistik untuk menganalisis proses-proses mental yang menjadi dasar kelakuan bahasa manusia.

5.         Palmatier (1972:140) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah telaah mengenai perkembangan bahasa pada anak-anak; suatu introduksi teori linguistik ke dalam masalah-masalah psikologis.

6.         Clark dan Clark (1977:4) menyatakan bahwa psikolinguistik berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu komprehensi, produksi dan pemerolehan bahasa.

7.         Henry Guntur Tarigan (1984:1) mengemukakan bahwa psikolinguistik berarti importasi ilmu linguistic ke dalam psikologi, bukan sebaliknya karena linguistic lebih “maju” dalam arti lebih dekat kepada kebenaran pokok persoalan, lebih praktis, dan lebih sederhana.

8.         Widjajanti W.D (1986:3) dengan menyimpulkan berbagai pendapat pakar mengatakan bahwa psikolinguistik mengenalisis proses-proses mental yang terjadi pada waktu penutur menggunakan bahasa, termasuk di dalamnya produksi, pemahaman, dan belajar.

9.         Aitchison (1998:1) mendefinisikan psikolinguistik sebagai suatu studi tentang bahasa dan minda (terjemahan Dardjowidjojo, 2003:7).

10.     Harley (2001:1) menyebut psikolinguistik sebagai suatu studi tentang prosesproses mental dalam pemakaian bahasa.

   Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah disimplin ilmu yang mempelajari tentang kajian interdisipliner, antara disiplin (ilmu) linguistik dan disiplin psikologi. Yang dikaji adalah bagaimana proses psikologisnya pada waktu seseorang memroses (memahami, menafsirkan, decode) ujaran orang lain, pada waktu seseorang memroduksi (menghasilkan, menungkapkan, encode) gagasannya melalui bahasa, dan pada waktu seseorang sdikit demi sedikit memperoleh (aequire) bahasa.

 

2.2  Perkembangan psikolinguistik

     Gagasan pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952, yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi interdisipliner. Secara formal istilah Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Sejak itu istilah tersebut sering digunakan. Psikologi berasal dari bahasa Inggris psychology. Kata pscychology berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan Psikologi. Kini dengan berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa Psikologi langsung menyelidiki jiwa) istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi.Ketika Pikologi melepaskan diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium pskologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. para ahli, di antaranya William james (1842-1910) sehingga pendapat kedua menyatakan bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.

       Sebagai disiplin ilmu baru yang berdiri sendiri, psikolinguistik memiliki ruang lingkup kajian khusus. Antara lain meliputi pemerolehan atau akuisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan proses mengkode dan pemaknaan kode, serta hubungan terhadap pengetahuan bahasa dengan pamakai bahasa dan perubahan bahasa.

    Sekarang psikolinguistik telah berkembang pesat sebagai akibat adanya sentuhan dengan disiplin ilmu lain merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri. Kenyataan itu berdampak pada munculnya sub-subdisiplin dalam psikolinguistik yang berorientasi pada ranah-ranah khusus, sebagaimana tampak pada skema subdisiplin ilmu psikolinguistik di bawah ini.

 

 

 

 

1.      Psikolinguistik teoretis, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan teori bahasa

2.      Psikolinguistik perkembangan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pemerolehan dan bahasa

3.      Psikolinguistik sosial, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial bahasa

4.      Psikolinguistik pendidikan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek- aspek pendidikan

5.      Neuropsikolinguistik, diorientasikan  untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan hubungan bahasa dan otak manusia

6.      Psikolinguistik eksperimental, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan eksperimen-eksperimen di berbagai bidang yang melibatkan bahasa dan perilaku berbahasa

7.      Psikolinguistik terapan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan penerapan temuan-temuan keenam subdisiplin psikolinguistik.

 

2.3  Bidang kajian psikolinguistik

Psikolinguistik sebagai suatu disiplin ilmu yang bertujuan mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat stuktur bahasa, bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Yaitu untuk membantu menyelesaikan permasalahan kompleks manusia dalam pembelajaran berbahasa, karena selain berkenaan dengan masalah berbahasa, juga berkenaan dengan kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga  dengan  proses atau kegiatan mental (otak). Terdapat kaitan yang sangat erat antara berpikir dengan bahasa. Dalam berbahasa orang perlu berpikir. Karena tanpa berpikir, bahasa yang dihasilkan seseorang akan kacau dan sulit dipahami.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa, perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin. Yakni antara psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik. Dalam pembelajaran mampu menerapkan pengetahuan psikologi dan linguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

Dalam perkembangan selanjutnya dirasakan bahwa cakupan kerja sama tersebut makin meluas dan mulai bersentuhan dengan disiplin ilmu yang lain, misalnya neurologi. Dampak logis hal itu ialah makin luasnya materi yang dikaji dalam psikolinguistik. Pada saat ini, misalnya, dapat diamati bahwa psikolinguistik tidak hanya berisi kajian tentang aspek- aspek psikologi dan linguistik, tetapi juga temuan-temuan dalam bidang neurologi dan sebagainya yang kemudian dikaitkan dengan linguistik. Mungkin juga munculnya kenyataan itu disebabkan oleh hal yang bersifat teknis, misalnya karena sejauh ini neurolinguistik belum menjadi disiplin ilmu tersendiri. Akibatnya, materi yang mestinya menjadi bidang garapan neurolinguistik ”dititipkan” pada psikolinguistik. Begitu juga logikanya untuk bidang ilmu lain yang titik temunya dengan linguistik belum membentuk ilmu tersendiri.

 

2.4  Peranan psikolinguistik

 

    Psikolinguistik perperan sebagai ilmu antardisiplin, yakni psikologi dan linguistik, yang mengkaji bahasa dan hakikat bahasa sebagai objek formalnya. Karena terdiri atas dua disiplin yang berbeda, tentu objek materialnya pun berbeda. Linguistik mengkaji tentang struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji tentang perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Peran psikolinguistik sangat penting. Selain mencoba menerapkan pengetahuan psikologi, juga punya peran dalam masalah pengajaran dan pembelajaran berbahasa seperti pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya. Bahkan masalah sosial lainnya seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa. Ringkasnya, peranan psikolinguistik ini meliputi tiga hal utama, yaitu (a) produksi, yaitu proses-proses mental pada diri manusia sehingga ia dapat berujar dalam menghasilkan bahasa; (b) komprehensi, yaitu proses-proses mental yang dilalui oleh manuisa sehingga mereka dapat mengerti dan memahami maksud ujaran seseorang; dan (c) perolehan bahasa, yaitu fase-fase yang dilalui oleh seseorang ketika ia memperoleh kemampuan bahasanya, baik bahasa pertama maupun bahasa selanjutnya

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

     Psikolinguistik adalah disimplin ilmu yang mempelajari tentang kajian interdisipliner, antara disiplin (ilmu) linguistik dan disiplin psikologi. Yang dikaji adalah bagaimana proses psikologisnya pada waktu seseorang memroses (memahami, menafsirkan, decode) ujaran orang lain, pada waktu seseorang memroduksi (menghasilkan, menungkapkan, encode) gagasannya melalui bahasa, dan pada waktu seseorang sdikit demi sedikit memperoleh (aequire) bahasa.

     Dalam perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung di bidang linguistik. Psikolinguistik merupakan bidang indispliner sehingga termasuk ke dalam bidang makrolinguistik. Sebagai makrolinguistik (macrolinguistics), psikolingustik merupakan bidang bidang lingusitik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor- faktor di luar bahasa.

     Bidang studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik.  Bidang studi tersebut berperan penting dalam menerapkan pengetahuan psikologi dan linguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa. Sedangkan peranan psikolinguistik ini meliputi tiga hal utama, yaitu (a) produksi bahasa, (b) komprehensi, dan (c) perolehan bahasa.

 

3.2  Saran

      Pelajar dan pembelajar harus mampu mengusai bidang studi psikolinguistik ini, termasuk juga perkembangan yang terbaru. Belajar mengajar hanya akan menjadi produktif dan subtantif jika (pelajar dan pembelajar) menjadikan bidang studi ini sebagai pengantar dan pegangan yang fundamental ini untuk membawa suasana belajar yang berkualitas. Tentu juga dengan memanfaatkan media teknologi sebagai dasar dan metode pembelajarannya.


DAFTAR PUSTAKA

 

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Harras, A. Kholid & Bachri, D. Andhika. 2009. Dasar-Dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI PRESS.

https://anggabagussukma.blogspot.com/2014/12/artikel-pentingnya belajar.html?showComment=1591500977359&m=1#c7937934135797264810 diakses pada 07 Juni 2020

http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/alhikmah/article/download/2813/pdf/z

diakses pada 6 Juli 2020

 

 

 

 

 



Friday, June 5, 2020

BERMENTAL VIRUS: AKSI PRIBADI DI TENGAH PANDEMI


Siapa sangka wabah Covid-19 akan merajalela dan menjalar seantero dunia? Semua orang, termasuk Pemerintah Indonesia, dibuat kalang kabut olehnya. Para ilmuan masih belum mampu menaklukkan virus berbahaya ini, karena vaksinya belum mampu ditemukan. Entah sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Segala kebijakan, meliputi himbauan, perintah, juga undang-undang telah banyak beredar. Aktivitas sehari-hari dibatasi. Moda transportasi umum sempat diberhentikan sementara waktu. Hal itu membuat tradisi mudik menjelang lebaran, terpaksa ditiadakan. Berbagai tempat pelayanan publik sudah dinonaktifkan. Proses pengurusan administrasi dan semacamnya dilakukan melalui daring. Banyak tempat kerja dan institusi pendidikan diliburkan. Kerja dari rumah dan tinggal di rumah menjadi bagian dari gerakan nasional. Tujuan diberlakukannya semua itu untuk memutus mata rantai penyebaran virus.

Seperti yang disampaikan oleh Jubir Pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, dari akumulasi data yang berhasil dihimpun dari 34 provinsi, tanggal 4 Juni 2020 terdapat 28.818 kasus yang positif. Data ini terhitung sejak kasus pertama yang diumumkan tanggal 2 Maret 2020 lalu. Jumlah ini merupakan tambahan dari kasus dalam 24 jam terakhir, yakni sebesar 585 kasus. Peningkatan yang cukup drastis dan sering fluktuatif. Para dokter, perawat, relawan beserta gerakan sosial masyarakat yang peduli akan pandemi ini, saling berjuang dan bersinergi melakukan gerakan preventif. Mulai dari penanganan dan pelayanan kesehatan, penyediaan dan pemberian alat pelindung diri (APD), masker, handsainitezer, sembako, penyemprotan disinfektan, hingga bantuan tunai dan nontunai diberikan kepada masyarakat yang terdampak virus ini. Meskipun demikian, cukup banyak dari mereka  yang tumbang di medan perjuangan. Kita berduka serta mengapresiasi kinerja mereka yang  banyak menguras waktu dan tenaga untuk menangani ribuan pasien. Hanya untuk memastikan situasi kembali normal seperti biasanya. Dampak yang terjadi akibat adanya virus corona ini pun cukup mengenaskan kondisi bangsa dan negara. Menjalar dari sisi sosial, budaya, pendidikan, hingga sisi ekonomi. 

Dalam situasi pandemi ini, kita membutuhkan mental virus. Sebuah mental baru yang bisa menelaah dan mengambil hikmah dari cara bagaimana virus bekerja. Ibarat manusia, virus itu memiliki sikap tenang, bijaksana, patuh, tertib, dan konsisten (Terbang). Melalui sikap terbang itu, ia mampu merenggut ribuan nyawa. Ia selalu tenang, meskipun manusia mengeluarkan berbagai jurus aturan dan himbauan. Bijaksananya virus karena ia hanya menarget manusia yang suhu tubuhnya tinggi dan imunitasnya rendah. Selain itu, virus jika patuh pada prinsipnya, yakni akan menghampiri keramaian dan kerumunan. Setiap 14 hari, siapa saja yang melakukan kontak langsung dengan orang lain yang terjangkit, pasti akan tertular. Itulah ketertiban virus dalam kedisiplinan waktu. Selamanya ia konsisten melakukan itu semua. Begitulah sejatinya virus bersikap terbang terhadap manusia.

Sumber gambar: google

Aksi yang dibutuhkan setiap orang dalam menghadapi pandemi ini adalah dengan mengamati, memodifikasi dan menerapkan "sikap terbangnya" virus, seperti yang diuraikan di atas. Melalui sikap itulah akan muncul sebuah mental dalam dirinya, yang kita sebut dengan mental virus. Cara menerapkan sikap terbang untuk menumbuhkan mental virus adalah sebagai berikut.

1.    Tenang

Setiap individu harus mampu menenangkan pikirannya. Jangan mudah terpengaruh dan percaya pada asumsi negatif. Meskipun tahu bahwa virus korona berbahaya, namun bila diri kita tenang, tidak panik, tidak cemas dan santai, maka akan selamat. Pikiran yang kacau hanya akan melahirkan tindakan salah. Berakibat fatal. Apalagi sampai membuat tidak tenang orang lain.

2.    Bijaksana

Rekonstruksi paradigma tentang pandemi ini harus menjadi budaya baru. Masih banyak yang berbincang soal seluk-beluk hingga dampak virus korona di sana-sini. Sampai lupa bahwa membentengi diri dengan melaksanakan intisari perbincangan itu ialah sikap yang paling berpengaruh. Disadari atau tidak, sampai saat ini yang paling berbahaya di Indonesia bukan virusnya, melainkan stigma negatif publik tentang virus korona. Tingkat risiko ini bertengger di puncak klasemen daripada angka kematian yang terus meningkat, bahkan melebihi dari ganasnya virus itu sendiri.

3.    Patuh

Pemerintah, pemuka agama, dan para ormas telah mengeluarkan himbauan tolong dipatuhi. Jangan patuh pada kehendak nafsu pribadi. Kepatuhan kita terhadap himbauan dan aturan tersebut akan mempercepat berakhirnya situasi ini. Laksanakan protokol kesehatan yang baik dan benar. Sayangi nyawa dirinya dan orang lain.

4.    Tertib

Melakukan deteksi suhu tubuh dengan tertib juga bagian yang tidak boleh diabaikan oleh individu yang ingin selamat dari virus korona. Suhu tubuh normal pada seseorang cukup bervariasi. Bergantung pada faktor usia, jenis kelamin, dan tingkat aktivitas. Pemeriksaan dapat dilakukan di beberapa bagian tubuh, antara lain dahi, ketiak, mulut, dan anus. Karena dari suhu tubuh tersebut, seseorang dapat diketahui sedang sakit atau dalam kondisi sehat.

5.    Konsisten

Segala cara yang dapat dilakukan untuk terhindar dari virus korona tidak akan berhasil jika kita tidak konsisten dalam melaksanakan tindakan preventif, termasuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri. Seperti menjaga etika batuk dan bersin, mencuci tangan, menjaga jarak antarsesama serta tidak bergerumun dengan orang lain. Penularan virus ini sangat cepat. Tingkat konsistensi kita untuk diri kita sendiri betul-betul diuji.

Aksi pribadi di tengah pandemi ini harus dilakukan secara masif. Jangan sampai kalah dengan aksi kejahatan virus yang mengalahkan dan merenggut nyawa manusia yang tidak berdosa. Jika aksi ini diagendakan sebagai gerakan penyadaran secara nasional, dan kalau perlu mendunia, niscaya pandemi/bencana nonalam ini bukan tidak mungkin akan berakhir. Kita sudah rindu akan aktivitas dan kerja produktif seperti 3 bulan lalu. Maka dengan demikian kita akan menjalani kehidupan yang betul-betul stabil, normal, dan lancar seperti lazimnya.

#Mentalivirus #Janganterserah #lawankorona #Saatnyaberaksi #Dirumahsaja