Monday, June 8, 2020

Bidang Studi Psikolinguistik

MAKALAH

 

BIDANG STUDI PSIKOLINGUISTIK

 

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik Lanjut

yang diampu oleh Prof. Dr. Agus Wardhono, M.Pd

 

 

 

 

 

 

 

 

Penyusun

Fendi Pradana

NIM. 20192110011

 

PROGRAM PASCASARJANA

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

JUNI, 2020


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Secara etimologis, istilah psikolinguistik dibentuk dengan cara mengombinasikan dua disiplin ilmu, yakni antara ilmu psikologi dan ilmu linguistik. Dalam pandangan tradisional, psikologi merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan guna mengkaji seluk-beluk stimulus, respons, dan proses berpikir yang mendasari lahirnya stimulus atau respons tersebut. Dalam pandangan modern, psikologi merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji proses berpikir manusia dan segala bentuk manifestasinya yang mengatur perilaku manusia secara umum. Berbeda dengan psikologi, linguistik merupakan disiplin ilmu yang diorientasikan untuk mengkaji seluk-beluk bahasa dari segi sejarah, struktur, kaidah, penerapan, dan perkembangannya. Psikologi dan linguistik merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda. Meskipun demikian, benang merahnya ada karena keduanya menaruh perhatian yang besar terhadap bahasa, tentu saja dengan mekanisme yang berbeda.

Proses berpikir dan bahasa merupakan dua hal yang berbeda, tetapi keduanya berkaitan. Dalam berpikir, orang menggunakan sistem bahasa sebagai instrumen untuk a) mengidentifikasi apa yang dipikirkan, b) mengurutkan butir-butir pokok pikiran, dan c) mengembangkan pikiran. Tanpa adanya sistem bahasa, proses berpikir tidak dapat terealisasi. Kebalikannya, dalam berbahasa orang perlu berpikir. Tanpa berpikir, bahasa yang dihasilkan akan kacau.

Bahasa juga berkaitan dengan perilaku manusia karena bahasa merupakan salah satu bentuk produk perilaku atau produk tindakan. Berbahasa sama dengan bertindak atau melakukan sesuatu. Hubungan bahasa dan perilaku bersifat saling memengaruhi. Ada fakta yang menunjukkan bahwa bahasa memengaruhi perilaku dan ada fakta yang sebaliknya, yakni perilaku memengaruhi bahasa.

Dalam perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung di bidang linguistik. Psikolinguistik merupakan bidang indispliner sehingga termasuk ke dalam bidang makrolinguistik. Sebagai makrolinguistik (macrolinguistics), psikolingustik merupakan bidang bidang lingusitik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor- faktor di luar bahasa.

Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang di dengarnya pada waktu berkomunikasi. maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologis dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya.

Melalui makalah ini, penyusun berupaya memberikan pemahaman fundamental berkaitan dengan bidang studi psikolinguistik. Mengingat tidak sedikit pelajar ataupun pembelajar kesulitan memahami secara detail bidang studi psikolinguistik. Namun makalah ini hanya beberapa subbahasan saja yang akan dipaparkan, sehingga cukup sebagai tambahan ilmu dan memperjelas pemahaman dasarnya.

 

1.2  Rumusan masalah

1.      Apa saja cakupan bidang studi linguistik?

2.      Apa perbedaan antara psikologi dan linguistik?

3.      Bagaimana perkembangan psikolinguistik?

 

1.3  Tujuan penelitian

1.      Untuk mengetahui berbagai cakupan bidang studi linguistik

2.      Untuk memperjelas perbedaan antara psikologi dan linguistik

3.      Untuk mengenal perkembangan psikolinguistik

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian psikolinguistik

Banyak pengertian psikolinguistik yang telah diungkapkan oleh para pakarnya. Beberapa definisi psikolinguistik diartikan sebagai berikut:

1.         Emmon Bach (1964:64) mengutarakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaiamana sebenarnya para pembicara/pemakai suatu bahasa membentuk/membangun atau mengerti kalimat-kalimat bahasa tersebut.

2.         Ronald W. Langacker (1968:6) mendefinisikan bahwa psikolinguistik adalah studi atau telaah mengenai behavior atau perilaku linguistik, yaitu performansi atau perbuatan dan perlengkapan atau aparat psikologis yang bertanggung jawab atasnya.

3.         John Lions (1968:160) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah telaah mengenai produksi (sintesis) dan rekognisi (analisis).

4.         Tervoort (1972:7) mengungkapkan bahwa psikolinguistik sebagai bidang ilmu pengetahuan yang mempergunakan teori linguistik untuk menganalisis proses-proses mental yang menjadi dasar kelakuan bahasa manusia.

5.         Palmatier (1972:140) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah telaah mengenai perkembangan bahasa pada anak-anak; suatu introduksi teori linguistik ke dalam masalah-masalah psikologis.

6.         Clark dan Clark (1977:4) menyatakan bahwa psikolinguistik berkaitan dengan tiga hal utama, yaitu komprehensi, produksi dan pemerolehan bahasa.

7.         Henry Guntur Tarigan (1984:1) mengemukakan bahwa psikolinguistik berarti importasi ilmu linguistic ke dalam psikologi, bukan sebaliknya karena linguistic lebih “maju” dalam arti lebih dekat kepada kebenaran pokok persoalan, lebih praktis, dan lebih sederhana.

8.         Widjajanti W.D (1986:3) dengan menyimpulkan berbagai pendapat pakar mengatakan bahwa psikolinguistik mengenalisis proses-proses mental yang terjadi pada waktu penutur menggunakan bahasa, termasuk di dalamnya produksi, pemahaman, dan belajar.

9.         Aitchison (1998:1) mendefinisikan psikolinguistik sebagai suatu studi tentang bahasa dan minda (terjemahan Dardjowidjojo, 2003:7).

10.     Harley (2001:1) menyebut psikolinguistik sebagai suatu studi tentang prosesproses mental dalam pemakaian bahasa.

   Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikolinguistik adalah disimplin ilmu yang mempelajari tentang kajian interdisipliner, antara disiplin (ilmu) linguistik dan disiplin psikologi. Yang dikaji adalah bagaimana proses psikologisnya pada waktu seseorang memroses (memahami, menafsirkan, decode) ujaran orang lain, pada waktu seseorang memroduksi (menghasilkan, menungkapkan, encode) gagasannya melalui bahasa, dan pada waktu seseorang sdikit demi sedikit memperoleh (aequire) bahasa.

 

2.2  Perkembangan psikolinguistik

     Gagasan pemunculan psikolinguistik sebenarnya sudah ada sejak tahun 1952, yaitu sejak Social Science Research Council di Amerika Serikat mengundang tiga orang linguis dan tiga orang psikolog untuk mengadakan konferensi interdisipliner. Secara formal istilah Psikolinguistik digunakan sejak tahun 1954 oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Sejak itu istilah tersebut sering digunakan. Psikologi berasal dari bahasa Inggris psychology. Kata pscychology berasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar kata psyche yang berarti jiwa, ruh, sukma dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psikologi berati ilmu jiwa. Pengertian Psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika Psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-an ilmu jiwa lazim dipakai sebagai padanan Psikologi. Kini dengan berbagai alasan tertentu (misalnya timbulnya konotasi bahwa Psikologi langsung menyelidiki jiwa) istilah ilmu jiwa tidak dipakai lagi.Ketika Pikologi melepaskan diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmu yang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat Wiliam Wundt (1832-1920) mendirikan laboratorium pskologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi. para ahli, di antaranya William james (1842-1910) sehingga pendapat kedua menyatakan bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.

       Sebagai disiplin ilmu baru yang berdiri sendiri, psikolinguistik memiliki ruang lingkup kajian khusus. Antara lain meliputi pemerolehan atau akuisisi bahasa, hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan penguasaan bahasa terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan proses mengkode dan pemaknaan kode, serta hubungan terhadap pengetahuan bahasa dengan pamakai bahasa dan perubahan bahasa.

    Sekarang psikolinguistik telah berkembang pesat sebagai akibat adanya sentuhan dengan disiplin ilmu lain merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri. Kenyataan itu berdampak pada munculnya sub-subdisiplin dalam psikolinguistik yang berorientasi pada ranah-ranah khusus, sebagaimana tampak pada skema subdisiplin ilmu psikolinguistik di bawah ini.

 

 

 

 

1.      Psikolinguistik teoretis, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan teori bahasa

2.      Psikolinguistik perkembangan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan pemerolehan dan bahasa

3.      Psikolinguistik sosial, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek sosial bahasa

4.      Psikolinguistik pendidikan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan aspek- aspek pendidikan

5.      Neuropsikolinguistik, diorientasikan  untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan hubungan bahasa dan otak manusia

6.      Psikolinguistik eksperimental, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan eksperimen-eksperimen di berbagai bidang yang melibatkan bahasa dan perilaku berbahasa

7.      Psikolinguistik terapan, diorientasikan untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan penerapan temuan-temuan keenam subdisiplin psikolinguistik.

 

2.3  Bidang kajian psikolinguistik

Psikolinguistik sebagai suatu disiplin ilmu yang bertujuan mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan pemerolehannya. Dengan kata lain, psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat stuktur bahasa, bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu. Yaitu untuk membantu menyelesaikan permasalahan kompleks manusia dalam pembelajaran berbahasa, karena selain berkenaan dengan masalah berbahasa, juga berkenaan dengan kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tapi juga berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga  dengan  proses atau kegiatan mental (otak). Terdapat kaitan yang sangat erat antara berpikir dengan bahasa. Dalam berbahasa orang perlu berpikir. Karena tanpa berpikir, bahasa yang dihasilkan seseorang akan kacau dan sulit dipahami.

Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa, perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin. Yakni antara psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik. Dalam pembelajaran mampu menerapkan pengetahuan psikologi dan linguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

Dalam perkembangan selanjutnya dirasakan bahwa cakupan kerja sama tersebut makin meluas dan mulai bersentuhan dengan disiplin ilmu yang lain, misalnya neurologi. Dampak logis hal itu ialah makin luasnya materi yang dikaji dalam psikolinguistik. Pada saat ini, misalnya, dapat diamati bahwa psikolinguistik tidak hanya berisi kajian tentang aspek- aspek psikologi dan linguistik, tetapi juga temuan-temuan dalam bidang neurologi dan sebagainya yang kemudian dikaitkan dengan linguistik. Mungkin juga munculnya kenyataan itu disebabkan oleh hal yang bersifat teknis, misalnya karena sejauh ini neurolinguistik belum menjadi disiplin ilmu tersendiri. Akibatnya, materi yang mestinya menjadi bidang garapan neurolinguistik ”dititipkan” pada psikolinguistik. Begitu juga logikanya untuk bidang ilmu lain yang titik temunya dengan linguistik belum membentuk ilmu tersendiri.

 

2.4  Peranan psikolinguistik

 

    Psikolinguistik perperan sebagai ilmu antardisiplin, yakni psikologi dan linguistik, yang mengkaji bahasa dan hakikat bahasa sebagai objek formalnya. Karena terdiri atas dua disiplin yang berbeda, tentu objek materialnya pun berbeda. Linguistik mengkaji tentang struktur bahasa, sedangkan psikologi mengkaji tentang perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Peran psikolinguistik sangat penting. Selain mencoba menerapkan pengetahuan psikologi, juga punya peran dalam masalah pengajaran dan pembelajaran berbahasa seperti pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya. Bahkan masalah sosial lainnya seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa. Ringkasnya, peranan psikolinguistik ini meliputi tiga hal utama, yaitu (a) produksi, yaitu proses-proses mental pada diri manusia sehingga ia dapat berujar dalam menghasilkan bahasa; (b) komprehensi, yaitu proses-proses mental yang dilalui oleh manuisa sehingga mereka dapat mengerti dan memahami maksud ujaran seseorang; dan (c) perolehan bahasa, yaitu fase-fase yang dilalui oleh seseorang ketika ia memperoleh kemampuan bahasanya, baik bahasa pertama maupun bahasa selanjutnya

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

     Psikolinguistik adalah disimplin ilmu yang mempelajari tentang kajian interdisipliner, antara disiplin (ilmu) linguistik dan disiplin psikologi. Yang dikaji adalah bagaimana proses psikologisnya pada waktu seseorang memroses (memahami, menafsirkan, decode) ujaran orang lain, pada waktu seseorang memroduksi (menghasilkan, menungkapkan, encode) gagasannya melalui bahasa, dan pada waktu seseorang sdikit demi sedikit memperoleh (aequire) bahasa.

     Dalam perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung di bidang linguistik. Psikolinguistik merupakan bidang indispliner sehingga termasuk ke dalam bidang makrolinguistik. Sebagai makrolinguistik (macrolinguistics), psikolingustik merupakan bidang bidang lingusitik yang mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor- faktor di luar bahasa.

     Bidang studi linguistik perlu dilengkapi dengan studi antardisiplin psikologi dan linguistik, yang lazim disebut psikolinguistik.  Bidang studi tersebut berperan penting dalam menerapkan pengetahuan psikologi dan linguistik pada masalah-masalah seperti pada pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur kata seperti afasia, gagap, dan lainnya; serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa. Sedangkan peranan psikolinguistik ini meliputi tiga hal utama, yaitu (a) produksi bahasa, (b) komprehensi, dan (c) perolehan bahasa.

 

3.2  Saran

      Pelajar dan pembelajar harus mampu mengusai bidang studi psikolinguistik ini, termasuk juga perkembangan yang terbaru. Belajar mengajar hanya akan menjadi produktif dan subtantif jika (pelajar dan pembelajar) menjadikan bidang studi ini sebagai pengantar dan pegangan yang fundamental ini untuk membawa suasana belajar yang berkualitas. Tentu juga dengan memanfaatkan media teknologi sebagai dasar dan metode pembelajarannya.


DAFTAR PUSTAKA

 

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Harras, A. Kholid & Bachri, D. Andhika. 2009. Dasar-Dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI PRESS.

https://anggabagussukma.blogspot.com/2014/12/artikel-pentingnya belajar.html?showComment=1591500977359&m=1#c7937934135797264810 diakses pada 07 Juni 2020

http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/alhikmah/article/download/2813/pdf/z

diakses pada 6 Juli 2020

 

 

 

 

 



No comments:

Post a Comment